Asal Mula Nama Empat Lawang


Arti kata Lawang yang sesungguhnya adalah Lawangan atau Pamitan, yaitu orang yang terkemuka atau Sesepuh dan dapat pula diartikan Pahlawan. Pada zaman nenek moyang kita dulu, terdapat Empat Pahlawan yang merangkap jadi Iman dan juga menjadi pimpinan didaerah Empat Lawang dengan kawasan wilayah :
  1. Marga Tedajen, sekarang disebut Marga Lubuk Puding dengan zuriatnya sekarang ini adalah Pangeran Halek, Demang Achmad (dari Komering) istrinya adik Pangeran (Mariatul) anaknya Bapak Hasan Belando, Bapak Drs. Halek dll.
  2. Marga Kejaten Mandi Musi Ulu, sekarang disebut Marga Tanjung Raya dengan zuriatnya : Pangeran H. Abubakar anaknya Pasirah A. Zaini (alm) dll
  3. Marga Muara Pinang, dengan zuriatnya Pasirah Sani.
  4. Marga Muara Danau, dengan zuriatnya Pangeran Majid anaknya Pasirah A.K. Matjik dan Demang Umar.
Disamping keempat Marga tersebut diatas, ada marga tersendiri dulu disebut Miji, kalau sekarang disebut dengan Istimewa yaitu Marga Singkap Dalam Musi Ulu, sekarang disebut Marga Karangdapo, daerahnya meliputi Talang Padang, yang dipimpin oleh Puyang Kagede yang nama aslinya Nung Kodo Lindung.
Daerah Marga Tedajen / Marga Lubuk Puding dari wates sampai Karangdapo, daerah Marga Kejatan Mandi Musi Ulu / Marga Tanjung Raya adalah dari dusun Kungkilan terus kearah Pagaralam sampai ke Marga Gunung Meraksa, yang kearah Tebing Tinggi sepanjang Sungai Musi sampai ke Saling.
Dari dusun Muara Pinang sampai dusun Sawah disebut Lintang Kiri dikenal sebagai Marga Semidang, Puyangnya ialah Serunting Sakti, Sedangkan daerah Muara Danau disebut Lintang Kanan.
Sesudah zaman Belanda daerah ini menjadi 13 (tiga belas) marga yaitu : Marga saling, Marga Kupang, Marga Batu Pance, Marga Talang Padang, Marga Tanjung Raya, Marga Karangdapo, Marga Lubuk Puding, Marga Gunung Meraksa, Marga Tanjung Raman, Marga Babatan, Marga Muara Danau, Marga Muara Pinang dan Marga Seleman.
Pada zaman Sunan Palembang berperang dengan Tentara Tuban di Jawa, pada waktu itu Sunan mengirim utusan ke Empat Lawang memohon bantuan untuk berperang dengan kerajaan Tuban, maka Empat Pahlawan ditambah Puyang Kagede bersedia membantu Sunan, dengan membawa empat puluh pasukan lalu mereka berkumpul disebuah batu besar,. untuk berunding/berencana/bemance
Batu Besar tempat mereka berunding akhirnya menjadi sebuah daerah dan menjadi Marga Singkap Pelabuhan dan terakhir berubah menjadi Marga Batu Pance, dari hasil perundingan mereka diatas batu besar tadi, mereka langsung berangkat ke Tuban beserta pasukan masing masing dan langsung berperang dengan Kerajaan Tuban.
Kerajaan Tuban Kalah, tetapi Puyang/Pahlawan dari Muara Pinang mati terbunuh, mengakui kekalahannya Kerajaan Tuban menyerahkan : Gong pusaka gading, Kelinteng Aur Lanting dan anak raja, satu perempuan dan satu lelaki, sebagai ganti puyang yang terbunuh waktu berperang. Anak Raja yang laki tadi didudukan di Muara Pinang, sedangkan yang perempuan kawin dengan salah satu anggota pasukan, dan terus dilinggihkan (dudukan) yang mana sekarang menjadi Dusun Lingge. Sedangkan Kelintang Aur Lanting sampai sekarang ini masih ada di Marga Karangdapo, dan Gong Pusaka gading sampai sekarang ini tidak tahu dimana keberadaannya.
Setelah menang berperang, para Pahlawan ini kembali ke Palembang melaporkan kepada Sunan, bahwa mereka sudah menaklukan Kerajaan Tuban Semua pahlawan ini oleh Sunan Palembang ditempatkan khusus dirumah Rakit diatas sungai Musi, kepulangan para pahlawan ini menimbulkan banyak yang iri atas keberhasilan mereka menaklukan Kerajaan Tuban, akhirnya mereka memfitnah para pahlawan ini dengan mengatakan, bahwa para Pahlawan ini akan menaklukan Sunan Palembang, “Kerajaan Tuban saja bisa ditaklukan, apalagi Sunan Palembang”.
Akhirnya Sunan Palembang termakan fitnah ini, yang akhirnya Sunan Palembang berencana untuk memusnahkan para Pahlawan ini, dengan dalih menyambut para Pahlawan ini Sunan Palembang mengadakan jamuan makan malam di Istana Sunan dengan mengundang para Pahlawan ini.
Tetapi pada waktu itu Puyang Kagede telah mencium niat tidak baik sunan ini, bahwa makanan ini hanya jebakan saja, maka pada malam itu Puyang Kagede tidak hadir dengan alas an sakit, apa yang telah diduga oleh Puyang Kagede ternyata benar, sebab semua yang hadir dapat ditawan oleh Sunan dalam keadaan Mabuk.
Melihat hal ini Puyang Kagede tidak tinggal diam, maka mengamuklah Puyang Kagede dengan menyerang Istana Sunan, yang akhirnya dapat membebaskan puyang puyang yang lain, dengan Kesaktian yang dimiliki Puyang Kagede dan Puyang yang lain akhirnya terjadi peperangan besar, Sunan Palembang mengalami kekalahan dan juga terbunuhnya anak Sunan Palembang.
Akhirnya Sunan Palembang mengadakan damai dengan para Empat Lawang ini, dimana diambil kebijakan bahwa nyawa harus ganti nyawa, karena putra mahkota Sunan Palembang meninggal, sebagai gantinya Puyang Kagede harus tinggal di Istana Sunan dan diangkat anak oleh Sunan.
Semua sisa pasuka kembali ke Empat Lawang, kecuali Puyang Kagede yang harus tinggal di Palembang.
Berselang beberapa tahun kemudian terjadi keributan diantara puyang puyang lain di Empat Lawang, ini mungkin istilah Lintang berebut KUNDU, berebut siapa yang tua yang patut jadi pemimpin.
Akhirnya beberapa puyang mengambil inisiatif untuk mengadakan semedi , siapa yang patut jadi pemimpin diantara mereka, beberapa hari kemudian didapatlah petunjuk, bahwa “ kenapa puyang yang bertuah (punya kelebihan) ditinggal di Palembang”.
Maka dikirimlah utusan ke Sunan Palembang untuk menemui Puyang Kagede, maka diadakanlah perundingan dengan Sunan Palembang, Puyang Kagede dan para Puyang yang lainnya yang akhirnya disepakati Puyang kagede diangkat Sunan sebagai perwakilannya didaerah uluan Palembang yang berkedudukan di Tebing Tinggi, dengan istilah Pepatih/Perwakilan sunan.
Pada zaman Belanda daerah Tebing Tinggi dipegang oleh Assisten Residen, setelah berkembang dan berjalan cukup lama, kedudukan Assisten ini akhirnya dipindahkan ke Lahat, mungkin ada pertimbangan pertimbangan lainnya oleh Pemerintah Belanda dahulu, sedangkan pertimbangan Sunan dulu adalah selain Puyang Kagede mewakili Sunan diseluruh daerah Uluan juga pertimbangan dapat berkumpul kembali ke daerah puyang puyang di Empat Lawang.
Demikian cerita singkat asal usul Empat Lawang, cerita ini masih banyak kekurangannya, untuk itu diharapkan kepada semua yang berasal dari daerah Empat Lawang dapat melengkapinya.
Agar kelak anak cucu kita dapat mengetahui riwayat dan sejarah kampung halamannya, dan tentunya sangat berguna bagi Pemda Kabupaten Empat Lawang untuk mempromosikan daerah kita di dunia Pariwisata……semoga.

Sumber : http://forumlintangempatlawang.blogspot.co.id/2007/08/asal-mula-nama-empat-lawang.html

John Heru

thank's for reading the article on my blog, may be useful and add insight you don't forget to share on your social media THANK YOU

17 komentar:

  1. Q pikir selamo ini lawang u pintu.ikaso pahlawan macet la salah nian brarti

    BalasHapus
    Balasan
    1. samo be rupokan kito u mang, aq piker sebelom o lawang u pintu plo, nginak lawang sewu artio pintu seribu. ikas o laen arti o daerah kito

      Hapus
    2. mokaseh infonyo kk, yo wong di sunda jg ngartikan empat lawang itu empat pintu hehe skrg jd tau kalau lawang itu pamitan :)

      Hapus
    3. samo samo dex... terimakasih sudah berkunjung

      Hapus
  2. BYAK LA ID tau yo tentang dusun dewe la dari kecik merantau bada jeme

    BalasHapus
    Balasan
    1. ay dide ngape pulo cik, pok jak dikecek merantau bada jeme, nyo penteng raso kekeluargaan lintang nyo mase ado cik

      Hapus
  3. Kesat mano a sumber o u neh..pck keruan se lawang itu pahlawan...kalu pintu/arah/jalur aso ke nyela kalu baso jawo nyo lawang u pintu...lintang 4 lawang,,pendopo,lintang kanan,muara pinang,ulu musi

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah mang aq jgo cuma numpang copas bae... nedo kuan nian plo benagh apo salah o mang, pokoknyo mintak sukono a mang hehe

      Hapus
  4. As,tolong di perjelas sumber dan rujukan cerito nyo,kareno sampai saghi nieh cerito nieh masih simpanh siur dan banyak versi nyo,dan harus ado rujukan dari team adat serta pemerintah,jgan sampai salah kedepan..trimakash

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumsalam, mohon maaf mang sebelom o bilo ceritonyo ni mase banyak kekurangan dan kesalahan o dan butuh banyak perbaikan pulo jak di mamang2 ni, karno benagh uji mamang u ceritonyo ni masih simpang siur & banyak versi nyo.
      nah ini aku dapat sumber o jak di sini mang :
      http://forumlintangempatlawang.blogspot.co.id/.../asal...

      nah aku cuman numpang kopas jak di link itu mang

      Hapus
  5. Cerito lucu.La 9 thn jd kabupaten.4 dusun asal pendekar itu du msh lok itua..harus o lebih di perhatikan ngen pemerintah ni,kalu mmg asal usul o mak itu nian..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ao lubuk puding du bangun mall ne mang :D

      Hapus
  6. Jadi ndo heran agi keturuanan 4 lawang ni melawan galo uji o. Yak jak dipehadulu o be la gerot2, kerajaan tuban kesultann sunna palembang be dikalakan no, padahal kerajaan besak situ.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ao ne.. berarti jak di pendahulu pendahulu o, kundu o memang la besak galo, nyela kini jmo lintang melawan melawan galo u, nedo muno mati jadia ujo hehe

      Hapus
  7. Bukuku bercerita tentang kearifan lokal empat lawang, berminat hub 08973342712

    BalasHapus
  8. Mantap co, alap tulisan kabane lebih alap agi cobo up ke TLD domain nyo kembangkan lagi

    BalasHapus